Sabtu, 28 April 2012

perkembangan bahasa anak


Peran Bimbingan Konseling Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Lintas Budaya

Oleh:
Asrin Adam
111 410 071

ABSTRAK

Perkembangan bahasa pada anak banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang ada disekitarnya, seperti ayah, ibu. Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak, tapi tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab dengan benar akan menghambat perkembangan anak. Dengan adanya layanan bimbingan konseling perkembangan berbahasa anak guru konselor dapat membantu perubahan dari kanak-kanak sebagai makhluk individu yang menonjol keunikannya, menjadi makhluk sosial, dengan jalan optimasi perkembangan penyesuaian dalam perkembangan bahasa yang memadai. Layanan konseling lintas budaya tidak saja terjadi, pada mereka yang berasal dari dua suku bangsa yang berbeda. Tetapi layanan konseling lintas dapat pula muncul pada suatu suku bangsa yang sama.
Kata kunci : Bimbingan Konseling,Bahasa, Budaya

A.      Pendahuluan
Walaupun kemunikasi bukannlah merupakan bahasa, tetapi bahasa dapat merupakan komunikasi. Bahasa ditinjau dari sudut momunikasi adalah transmisi pesan yang merupakan serangkaian simbol dari satu persediaan. Jadi kita menggunakan bahasa seolah-olah seperti memilih kata demi kata. Setelah kata dipilih, pemilihan kata berikutnya ditentukan oleh hukum kemungkinan.
Menurut Montessori Hurlock (Mastusumoto 2004:138) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara anak tidak dirangsang maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada masa-masa selanjutnya. Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari. Seorang anak berusia tiga tahun mengajak ibunya untuk tidur siang dengan kata-kata ”Ma, bo ma, ma bo ma”.
Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Bahasa merupakan sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyampaikan informasi.
Budaya merupakan sekumpulan sikap, nilai keyakinan, dan prilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang di komunikasikan dari stu generlisasi kegeneralisasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi lain Barnouw (matsomoto 2004:81).
Individu akan belajar mengenal keadaan sekitarnya pertama kali melalui orang orang yang paling dekat dengan dirinya. Orang orang yang paling dekat dengan dirinya tidak lain adalah keluarga, terutama adalah orang tuanya. Dengan demikian, orang tua merupakan orang pertama yang mengajarkan budaya kepada anaknya. Nilai nilai ini diajarkan kepada generasi muda (anak) karena akan menunjukkan kepada mereka tentang bagaima cara bertindak secara benar dan bisa diterima oleh masyarakat Fraenkel (Soejanto 2005:127).
Berbicara tentang bahasa “orang yang berbahasa” seolah seluruh manusia hanya dapat beebicara dalam satu bahasa. Meski di amerika terdapat beragam budaya, kita dapat dengan mudah berasumsi bahwa hal ini memang menoritas. Kenyataan adalah di tingkat global bahwa individu monolingual (meraka yang berbicara hanya dalam satu bahasa) itulah yang minoritas. Mayoritas penghuni desa global kita ini dapat berbicara dalam lebih dari satu bahasa.
Pada anak-anak pra sekolah, kemampuan bahasa penting karena akan menjadi dasar memahami pelajaran berikutnya. Penelitian ini menunjukan bahwa mengelompokan anak-anak berdasarkan dengan kemapuan sebaiknya dihindari, karena anak-anak dengan kemampuan bahasa paling rendah akan semakin jauh tertnggal.
Menurut M. Solehudin (Juntika 2006:10) bahwa layanan bimbingan pada anak diartikan sebagai suatu upaya mengoptimalkan perkembangan dan belajaran anak termasuk perkembangan belajar berbahasa anak dari sejak lahir sampai 6 tahun melaluai penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan belajar berbahsa anak serta sesuai tuntunan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang dianut. Perkembangan dan cara pemahaman dan sikap perkembangan berbahasa anak yang sehat dan positif, serta pengembangan berbagai kemampuan dan keterampilan hidup yang diperlukan oleh anak.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya agar anak dapat mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya, termasuk perkembangan bahasanya.
Pada layanan bimbingan dan konseling bagi anak adalah membantu proses perubahan dari kanak-kanak sebagai makhluk individu yang menonjol keunikannya, menjadi makhluk sosial, dengan jalan optimasi perkembangan penyesuaian dalam perkembangan bahasa yang memadai.
Pada dasarnya semua bahasa itu sama dan memiliki kedudukan yang sama (Paul Ohiowutu, 2002 dalam Sosiolinguistik memahami bahasa dalam konteks masyarakat dan kebudayaan 99-100). Namun terkadang penafsiran kita salah terhadap suatu kedudukan bahasa. Bahasa daerah cenderung dinilai rendah dan kampungan bagi sebagian masyarakat kita. Padahal tanpa adanya bahasa daerah maka bahasa nasional bahasa Indonesia tak akan pernah ada dan keunikan negara kita salah satunya terletak pada keberagaman bahasa, mulai dari Sabang hingga Merauke.

B.       Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi pustaka yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian.
Menurut M.Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan : “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111).
Peneliti dengan menghimpun informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan berdasarkan topik atau masalah yang sedang diteliti (dikaji) yakni mengenai Peran Bimbingan Konseling Dalam Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Lintas Budaya. Informasi itu dapat diperoleh peneliti dari buku-buku, jurnal, hasil-hasil penelitian (tesis dandisertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet), Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.

C.      Hasil Penelitian
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melatih bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani tcrutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan.
a.        Aspek Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai srat anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling menabjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat mcmbuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Ketcrampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak buKan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata dcmi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pcmakaian kata bcnda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, member! tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
a)      Bahasa Tubuh
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis bahasa adalah bahasa tubuh. Bahasa tubnh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-b;:gian dari tubuh, yaitu melalui gcrak isyarat, ekspresi wajah. sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Sebagaimana fun^si bahasa Iain, bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikari anak yang paling nyata, knrena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain, misalnya terhadap orang tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang d.ipat mememihi atau mengcrti akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak, orang tua dapat mtmpclnjari apaknh anaknya mcnangis knrena lapar, sakit, kcsepian atau bosan pada waklu tcrtcntu.
b)       Bicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi string kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang .dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga birfungsi nntuk mencapni tujuannya, misalnya:
1) Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjclaskan kebtit’ihan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain.
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian Orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi “.ehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan social
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak anak Iebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat mempcroleh kescmpatan Iebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Scbagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri mclalui orang lain.
5) Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan peiasaan orang lain
Anak yang suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan medal utama .bagi anak agar diterima dan mendapat simpat’ dari lingkungannya.
6) Untuk mempengaruhi perilaku orang lain
Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman sebryanya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.

c. Potensi Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal
1) Kematangan alat berbicara
Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan berbicara.
2) Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
3) Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya jelas dan berarti. ^Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model sebagaimana disebutkan diatas. Dengan sendirinya potensi anak tidak dapat berkembang scbagaimana mcstinya.
4) Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5) Motivasi untuk belajar dan berlalih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
6) Bimbingan Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
Untuk mengembangkan kecakapan bahasaya ini, sangat penting. Karena  itu kecakapan  bahasanya si anak dipengaruhi oleh besarnya keluarga didalam menggunakan bahasa, dan kesengajaan keluarga mempengaruhi anak-anaknya.
Pada umumnya perkembangan bahasa anak dibedakan atas empat masa, yaitu:
a)      Masa pertama, k.l umur 1,0-1,6 tahun
b)      Masa kedua, k.l umur 1,6-2,0 tahun
c)      Masa ketiga, k.l umur 2,0-2,6 tahun, dan
d)     Masa keempat, k.l umur 2,6-serterusnya.
a.    Masa pertama (1,0-1,6) tahun
Kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kelanjutan dari meraba. Ini dapat kita lihat dengan jelas jika kita memperhatikan bahwa diantara kata-kata itu terdapat kata-kata yang diucapkan juga oleh anak dari bahasa apapun didunia ini. Misalnya kata-kata yang diucapkan oleh anak terhadap ayah dan ibunya. Kata “Ma” untuk Ibu dan kata “Pa” untuk Bapak.
Bila setiap kali anggota keluarga menyebut sesuatu kata pada waktu mereka mendekat kepadanya, maka secara wajar, ia mengerti bahwa kata itu adalahtertuju kepadanya dan karena itu iapun menirukan kata itu untuk menggantikan akunya, meskipun belum dengan ucapan yang belum benar. Misalnya kata Siti, dikatakannya Titi atau Iti. demikian halya bila ia melihat sesuatu, maka disebutnya benda itu sesuai dengan suara yang ditimbulkannya Kucing disebutnya eong, anjing disebutnya hung, bola disebut bug-bug, dan sebagainya. Kecuali bila orang mengatakan dengan suara lain untuk suatu benda atau suatu perbuatan, misalnya mimik yang dimaksudnya adalah minum, bubuk yang artinya tidur, dan sebagainya.
Karena dengan kata-kata itu sebenernya ia mengatakan keinginannya yang semestinya  merupakan satu kalimat, maka kata itu kita namakan kalimat satu kata. Sebagai contoh misalnya: mimik yang maksudnya ialah, Ibu saya haus minta minum dengan botol berisi susu. Dan bila mengatakan mam, maka sebenarnya ia minta makan.
b.    Masa kedua(1,6-2,0) tahun
Pada masa ini dengan kecakapannya berjalan, ia makin banyak melihat segala sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Oleh karena itu ia selalu menanyakan nama-nama benda itu. Karena itu masa ini kita sebut masa “apa itu”. Tentu saja Ayah, Ibu, Kakak, atau siapa pun juga yang arif akan perkembangan anak itu. Ia akan menjawabnya dengan semestinya, dan dengan ucapan yang benar, meskipun belum selalu si anak dapat menirukannya. Dengan demikian makin banyaklah ia mengenal benda-benda dengan namanya yang sebenarnya.
Pada masa ini, terjadi kesukaran berkata, disebabkan oleh karena perkembangan kemauan dan keinginnya lebih cepat daripada kkekayaan bahsanya, sehingga sebenarnya ia akan bercerita tetapi karena perbendaharaan kata-katanya belum mencukupi maka ia melengkapinya dengan gerakan-gerakan tangan dan kakinya.
c.         Masa ketiga (2,0-2,6) tahun
Pada masa ini, anak ini telah mulai tampak sempurna dalam penyusuna kata-katanya. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, sekalipun belim sempurna seperti yang dikatakan orang dewasa.karena itu orang ayang arif, akan membenarkannya dengan hati-hati. Tetapi kadang-kadang anak itu tidak begitu senang bila kata-katanya itu selalu di benarkannya, bila kalimatnya terlalu panjang.
Ucapkali kita mndengar kesalahan yang lucu dan kerapkali ia membuat kata-kata baru menurut caranya sendiri. Hal ini disebabkan karena kata yang dahulu dipergunakannya untuk menamakan sesuatu tidak memuaskan lagi baginya.
d.        Masa keempat (2,6-seterusnya)
Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu melalui bertambah-tambah. Karena itu pertanyaannya pun mulai berkepanjangan, tidak cukup hanya dijawab dengan hanya pendek-pendek saja. Setiap jawaban akan menimbulkan pertanyaan yang baru, sengga apabila Ayah atau Ibunya sedang harus  mengkonsentrasikan kepada pekerjaanya sering memandang anaknya sebagai tukang cerewet. Tentu saja ayah atau ibu tidak boleh berfikir yang demikian demi perkembangan pikiran dan memperkaya pembendaharaan bahasa si anak . oleh karena itu seyogianyalah bila pada masa ini anak sering dibawa bepergian dan melayani dengan baik segala yang ditanyakannya. Dengan cara semacam ini anak akan semakin cakap menggunakan bahasanya, makin banyak pengetahuannya, makin maju berfikirnya, perasaannya dan sebagainya, sehinnga perkembngannya tidak mengalami hambatan.

1.        Peran Bimbingan Konseling Lintas Budaya dalam Perkembangan Bahasa Anak
M. Surya (Juntika 2006:107) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (Juntika : 5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
.
Layanan konseling lintas budaya tidak saja terjadi, pada mereka yang berasal dari dua suku bangsa yang berbeda. Tetapi layanan konseling lintas dapat pula muncul pada suatu suku bangsa yang sama. Sebagai contoh, konselor yang berasal dari jawa Timur memberikan layanan konseling pada klien yang berasal dari jawa tengah, mereka sama sama berasal dari suku atau etnis jawa. Tetapi perlu kita ingat, ada perbedaan mendasar antara orang jawa Timur dengan orang Jawa Tengah. Mungkin-orang Jawa Timur lebih terlihat "kasar", sedangkan orang jawa Tengah lebih "halus".
Peran bimbingan dan konseling dalam tahap perkembangan berbahasa anak, guru konselor harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mengadministrasi perkembangan berbahasa anak, sehingga akan terjadi dinamika didalam proses belajar tersebut. Dalam hal ini guru konselor dapat membantu kesulitan-kesulitan berbahasa anak dan membantu anak mempersiapkan perkembangan bahasanya dengan memberikan stimulasi perkembangan bahasanya.
Berikut adalah stimulasi perkembangan bahasa :
1)      Untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun
menunjuk gambar dan mengatakan atau tanyakan nama-nama benda yang ada di buku, (mulai dari benda-benda yang akrab dengan anak) menggunakan suara yang lembut dan ‘bernada’, menggunakan suara yang berbeda untuk karakter yang berbeda, menriterakan setiap gambar sebelum lanjut ke halaman berikutnya, memrikan penghargaan setiap kali anak menunjuk atau menyebut nama benda dengan benar.
Buku yang tepat adalah buku dengan gambar yang besar dan sederhana, warna yang paling baik adalah merah, hijau, biru dan hitam, membantu untuk fokus (bayi) dan pengenalan bendabenda buku dengan puisi, nyanyian, atau cerita pendek, buku yang bentuknya aman.
2)      Untuk anak usia 2-4 tahun
Memberikan kesempatan anak ‘mengeksplor’ buku sebelum dibacakan ceriteranya, menanyakan ‘mana…’, ‘apa yang dilakukan…’, Selalu tunjuk teks yang kita baca menggunakan jari, pada ceritera yang sudah biasa dibacakan, jangan selesaikan ceritera, untuk diselesaikan oleh anak mengajukan pertanyaan seperti: ‘kenapa dia melakukan hal itu?”, “apa yang terjadi kemudian?”, mendiskusikan apa yang dia sukai dan tidak dia sukai dari ceriteranya buku yang dibutuhkan buku yang beragam konten maupun tatabahasanya, buku yang ceriteranya terdiri dari kata-kata pendek, jadi anak mulai bisa belajar “membaca”, buku yang disukai oleh anak.
Tips (cara berbicara) dengan anak
a)         Adakan kontak mata. Berikan respons dan perbedaan penekanan suara ketika bicara.
b)         Gunakan kata/kalimat pendek. "Ini Bunda. Bunda sayang Adek."
c)         Perlihatkan antusias dan minat kita saat berbicara dengannya.
d)        Ucapkan dengan bahasa yang jelas. Tidak terburu-buru serta gerak bibir dan lidah yang tegas sehingga mudah diikuti si kecil.
e)         Rangsanglah anak mengucapkan gabungan huruf vokal dan konsonan seperti "ma", "pa", "bu" dan sebagainya.
f)          Mengenalkan anak pada berbagai benda ataupun hal yang dilihat atau dialaminya.
g)        Gunakan selalu gerakan tubuh saat berbicara. Contoh, melambaikan tangan saat mengucapkan "Dadah Adek."
h)        Hindari baby talk, seperti, "Adek, mau mimi cucu?" Tapi gunakan bahasa yang benar, misal, "Adek, mau minum susu, ya?"
i)          Ulang kata yang diucapkannya sambil menambahkan kata baru. Misalnya, ketika anak mengatakan "kucing makan," orangtua memberi respons, "Iya, kucing makan ikan. Kucing suka ikan."
j)          Ketika anak bertanya, orangtua bisa mengembalikan pertanyaan padanya, "Dimana Bapak?" orangtua dapat menanggapi, "Kira-kira di mana ya? Di kebun mungkin?" Hindari kata atau kalimat yang bermakna ganda. Misal, "Awas, jangan ke sana!" Makna "ke sana" bisa beragam, entah itu luar rumah, dapur, tempat cucian dan sebagainya. Sebaiknya katakan, misalnya, "Jangan ke dekat kompor menyala!"
k)        Katakan setiap kegiatan yang dilakukan bersama anak, "Sekarang kita mandi yuk!"
l)          Hindari kata-kata kotor/kasar.
D.      Penutup
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkanya usia anak. Orang tua sebaiknya
selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya. Dimana layanan bimbingan dan konseling bagi anak adalah membantu proses perubahan dari kanak kanak sebagai makhluk individu yang menonjol keunikannya, menjadi makhluk sosial, dengan jalan optimasi perkembangan penyesuaian dalam perkembangan bahasa yang memadai.
Daftar Pustaka

Soejanto, Agus. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta
Ibrahim, Syukur. 1984. Analisis Bahasa Untuk Pengajaran Bahasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Juntika, Achmad. 2006. bimbingan dan konseling dalam berbagai latar kehidupan. bandung : Rafika Aditama.
Matsumoto, David. 2004. Pengentar Psikologi Lintas Budaya. Yokyakart: Pustaka Belajar.