Peran
Bimbingan Konseling Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Lintas Budaya
Oleh:
Asrin
Adam
111
410 071
ABSTRAK
Perkembangan
bahasa pada anak banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang ada disekitarnya,
seperti ayah, ibu. Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting yang perlu
dikuasai anak, tapi tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini.
Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan
menangkap pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab dengan benar akan
menghambat perkembangan anak. Dengan adanya layanan bimbingan konseling
perkembangan berbahasa anak guru konselor dapat membantu perubahan
dari kanak-kanak sebagai makhluk individu yang menonjol keunikannya, menjadi
makhluk sosial, dengan jalan optimasi perkembangan penyesuaian dalam
perkembangan bahasa yang memadai. Layanan konseling lintas budaya tidak saja
terjadi, pada mereka yang berasal dari dua suku bangsa yang berbeda. Tetapi
layanan konseling lintas dapat pula muncul pada suatu suku bangsa yang sama.
Kata kunci : Bimbingan Konseling,Bahasa, Budaya
A.
Pendahuluan
Walaupun kemunikasi bukannlah merupakan bahasa, tetapi
bahasa dapat merupakan komunikasi. Bahasa ditinjau dari sudut momunikasi adalah
transmisi pesan yang merupakan serangkaian simbol dari satu persediaan. Jadi
kita menggunakan bahasa seolah-olah seperti memilih kata demi kata. Setelah
kata dipilih, pemilihan kata berikutnya ditentukan oleh hukum kemungkinan.
Menurut Montessori Hurlock (Mastusumoto 2004:138) anak
usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa
peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang,
diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara
anak tidak dirangsang maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada
masa-masa selanjutnya. Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari.
Seorang anak berusia tiga tahun mengajak ibunya untuk tidur siang dengan
kata-kata ”Ma, bo ma, ma bo ma”.
Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku
dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses
evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai
tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan
interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan
hidupnya. Bahasa merupakan sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan menyampaikan informasi.
Budaya merupakan sekumpulan sikap, nilai keyakinan,
dan prilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang di komunikasikan
dari stu generlisasi kegeneralisasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa
sarana komunikasi lain Barnouw (matsomoto 2004:81).
Individu akan belajar mengenal keadaan sekitarnya pertama kali melalui
orang orang yang paling dekat dengan dirinya. Orang orang yang paling dekat
dengan dirinya tidak lain adalah keluarga, terutama adalah orang tuanya. Dengan
demikian, orang tua merupakan orang pertama yang mengajarkan budaya kepada
anaknya. Nilai nilai ini diajarkan kepada generasi muda (anak) karena akan
menunjukkan kepada mereka tentang bagaima cara bertindak secara benar dan bisa
diterima oleh masyarakat Fraenkel (Soejanto 2005:127).
Berbicara tentang bahasa “orang yang berbahasa” seolah
seluruh manusia hanya dapat beebicara dalam satu bahasa. Meski di amerika
terdapat beragam budaya, kita dapat dengan mudah berasumsi bahwa hal ini memang
menoritas. Kenyataan adalah di tingkat global bahwa individu monolingual
(meraka yang berbicara hanya dalam satu bahasa) itulah yang minoritas.
Mayoritas penghuni desa global kita ini dapat berbicara dalam lebih dari satu
bahasa.
Pada anak-anak pra sekolah, kemampuan bahasa penting
karena akan menjadi dasar memahami pelajaran berikutnya. Penelitian ini
menunjukan bahwa mengelompokan anak-anak berdasarkan dengan kemapuan sebaiknya
dihindari, karena anak-anak dengan kemampuan bahasa paling rendah akan semakin
jauh tertnggal.
Menurut M. Solehudin (Juntika 2006:10) bahwa layanan
bimbingan pada anak diartikan sebagai suatu upaya mengoptimalkan perkembangan
dan belajaran anak termasuk perkembangan belajar berbahasa anak dari sejak
lahir sampai 6 tahun melaluai penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan belajar berbahsa anak serta sesuai
tuntunan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang dianut. Perkembangan dan cara
pemahaman dan sikap perkembangan berbahasa anak yang sehat dan positif, serta
pengembangan berbagai kemampuan dan keterampilan hidup yang diperlukan oleh
anak.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses
bantuan untuk memfasilitasi anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya agar anak dapat mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan
tahap perkembangannya,
termasuk perkembangan bahasanya.
Pada layanan bimbingan dan konseling
bagi anak adalah membantu proses perubahan dari kanak-kanak sebagai makhluk
individu yang menonjol keunikannya, menjadi makhluk sosial, dengan jalan
optimasi perkembangan penyesuaian dalam perkembangan bahasa yang memadai.
Pada dasarnya semua bahasa itu sama
dan memiliki kedudukan yang sama (Paul Ohiowutu, 2002 dalam Sosiolinguistik memahami bahasa dalam
konteks masyarakat dan kebudayaan 99-100). Namun terkadang penafsiran kita
salah terhadap suatu kedudukan bahasa. Bahasa daerah cenderung dinilai rendah
dan kampungan bagi sebagian masyarakat kita. Padahal tanpa adanya bahasa daerah
maka bahasa nasional bahasa Indonesia tak akan pernah ada dan keunikan negara
kita salah satunya terletak pada keberagaman bahasa, mulai dari Sabang hingga
Merauke.
B.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode studi pustaka yaitu mengadakan
penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada
hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian.
Menurut
M.Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan : “Studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111).
Peneliti dengan
menghimpun informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan berdasarkan topik
atau masalah yang sedang diteliti (dikaji) yakni mengenai Peran Bimbingan
Konseling Dalam Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Lintas Budaya. Informasi
itu dapat diperoleh peneliti dari buku-buku, jurnal, hasil-hasil penelitian
(tesis dandisertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet), Dengan
demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu
yang singkat.
C.
Hasil
Penelitian
Setiap
manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis.
Melatih bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
tcrutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin
meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan
berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang
bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil
keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan
perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan.
a.
Aspek
Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah segala
bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar
dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa
dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan
bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun)
dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai srat anak
mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling menabjubkan
bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak
mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang
bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya
kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk,
dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam
konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak
serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak
adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2.
Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul
pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat mcmbuat
kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang
terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan
obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat
dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini
bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya
sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang
tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai
dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3.
Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari
masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun.
Ketcrampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam
berbicara anak buKan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi
anak mulai mampu mengucapkan kata dcmi kata sesuai dengan jenisnya, terutama
dalam pcmakaian kata bcnda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata
ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam
bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan
lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah,
member! tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan
“gaya” dewasa.
a)
Bahasa Tubuh
Sebagaimana telah
dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis bahasa adalah bahasa tubuh. Bahasa
tubnh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-b;:gian
dari tubuh, yaitu melalui gcrak isyarat, ekspresi wajah. sikap tubuh, langkah
serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali
dilakukan tanpa disadari. Sebagaimana fun^si bahasa Iain, bahasa tubuh juga
merupakan ungkapan komunikari anak yang paling nyata, knrena merupakan ekspresi
perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain, misalnya terhadap orang
tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang d.ipat mememihi atau mengcrti
akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak, orang tua dapat mtmpclnjari
apaknh anaknya mcnangis knrena lapar, sakit, kcsepian atau bosan pada waklu
tcrtcntu.
b)
Bicara
Bicara merupakan salah
satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi string kali
menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya.
Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu
baik bayi maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya.
Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa
berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan
bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang .dipakai anak sebelum pandai berbicara.
Oleh karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga
birfungsi nntuk mencapni tujuannya, misalnya:
1) Sebagai pemuas kebutuhan dan
keinginan
Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjclaskan kebtit’ihan dan keinginannya
tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi
wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak
yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang
dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian
orang lain.
Pada umumnya setiap
anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui
keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian Orang lain terhadapnya
mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua
misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di
samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun
sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan
keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi “.ehingga terdapat
komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan
social
Kemampuan anak berkomunikasi
dengan orang lain merupakan syarat penting
untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak anak Iebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat mempcroleh kescmpatan Iebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin
dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau
tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Scbagai alat untuk mengevaluasi diri
sendiri
Dari pernyataan orang
lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut
terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan
bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi
diri mclalui orang lain.
5) Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan
peiasaan orang lain
Anak yang
suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan
tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi
lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan kata-kata yang
menyenangkan dapat merupakan medal utama .bagi anak agar diterima dan mendapat
simpat’ dari lingkungannya.
6) Untuk mempengaruhi perilaku orang
lain
Dengan kemampuan
berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang
lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan
santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat merupakan
modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman sebryanya
menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.
c. Potensi
Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal
1) Kematangan alat berbicara
Kemampuan berbicara
juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan,
langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan
berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah
sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai
permulaan berbicara.
2) Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak
sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud
biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable
moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap
untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan
segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
3) Adanya model yang baik untuk dicontoh
oleh anak
Anak dapat membutuhkan
suatu model tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat
dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti.
Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara,
dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya
jelas dan berarti. ^Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah
memperoleh model sebagaimana disebutkan diatas. Dengan sendirinya potensi anak
tidak dapat berkembang scbagaimana mcstinya.
4) Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang
mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan
sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau
lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar
berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5) Motivasi untuk belajar dan berlalih
Memberikan motivasi dan
melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi
kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua hendaknya selalu
berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak
mendapatkan pengarahan.
6) Bimbingan Bimbingan bagi anak sangat.
penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua
suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah
diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila
dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya
selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak
mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
Untuk mengembangkan
kecakapan bahasaya ini, sangat penting. Karena
itu kecakapan bahasanya si anak
dipengaruhi oleh besarnya keluarga didalam menggunakan bahasa, dan kesengajaan
keluarga mempengaruhi anak-anaknya.
Pada umumnya perkembangan bahasa anak
dibedakan atas empat masa, yaitu:
a)
Masa pertama, k.l umur 1,0-1,6 tahun
b)
Masa kedua, k.l umur 1,6-2,0 tahun
c)
Masa ketiga, k.l umur 2,0-2,6 tahun, dan
d)
Masa keempat, k.l umur 2,6-serterusnya.
a. Masa
pertama (1,0-1,6) tahun
Kata-kata
pertama yang diucapkan oleh anak adalah kelanjutan dari meraba. Ini dapat kita
lihat dengan jelas jika kita memperhatikan bahwa diantara kata-kata itu
terdapat kata-kata yang diucapkan juga oleh anak dari bahasa apapun didunia
ini. Misalnya kata-kata yang diucapkan oleh anak terhadap ayah dan ibunya. Kata
“Ma” untuk Ibu dan kata “Pa” untuk Bapak.
Bila
setiap kali anggota keluarga menyebut sesuatu kata pada waktu mereka mendekat
kepadanya, maka secara wajar, ia mengerti bahwa kata itu adalahtertuju
kepadanya dan karena itu iapun menirukan kata itu untuk menggantikan akunya,
meskipun belum dengan ucapan yang belum benar. Misalnya kata Siti, dikatakannya
Titi atau Iti. demikian halya bila ia melihat sesuatu, maka disebutnya benda
itu sesuai dengan suara yang ditimbulkannya Kucing disebutnya eong, anjing
disebutnya hung, bola disebut bug-bug, dan sebagainya. Kecuali bila orang
mengatakan dengan suara lain untuk suatu benda atau suatu perbuatan, misalnya
mimik yang dimaksudnya adalah minum, bubuk yang artinya tidur, dan sebagainya.
Karena
dengan kata-kata itu sebenernya ia mengatakan keinginannya yang semestinya merupakan satu kalimat, maka kata itu kita
namakan kalimat satu kata. Sebagai contoh misalnya: mimik yang maksudnya ialah,
Ibu saya haus minta minum dengan botol berisi susu. Dan bila mengatakan mam,
maka sebenarnya ia minta makan.
b. Masa
kedua(1,6-2,0) tahun
Pada
masa ini dengan kecakapannya berjalan, ia makin banyak melihat segala sesuatu
dan ingin mengetahui namanya. Oleh karena itu ia selalu menanyakan nama-nama
benda itu. Karena itu masa ini kita sebut masa “apa itu”. Tentu saja Ayah, Ibu,
Kakak, atau siapa pun juga yang arif akan perkembangan anak itu. Ia akan
menjawabnya dengan semestinya, dan dengan ucapan yang benar, meskipun belum
selalu si anak dapat menirukannya. Dengan demikian makin banyaklah ia mengenal
benda-benda dengan namanya yang sebenarnya.
Pada
masa ini, terjadi kesukaran berkata, disebabkan oleh karena perkembangan
kemauan dan keinginnya lebih cepat daripada kkekayaan bahsanya, sehingga sebenarnya
ia akan bercerita tetapi karena perbendaharaan kata-katanya belum mencukupi
maka ia melengkapinya dengan gerakan-gerakan tangan dan kakinya.
c.
Masa ketiga (2,0-2,6) tahun
Pada
masa ini, anak ini telah mulai tampak sempurna dalam penyusuna kata-katanya. Ia
sudah menggunakan awalan dan akhiran, sekalipun belim sempurna seperti yang
dikatakan orang dewasa.karena itu orang ayang arif, akan membenarkannya dengan
hati-hati. Tetapi kadang-kadang anak itu tidak begitu senang bila kata-katanya
itu selalu di benarkannya, bila kalimatnya terlalu panjang.
Ucapkali
kita mndengar kesalahan yang lucu dan kerapkali ia membuat kata-kata baru
menurut caranya sendiri. Hal ini disebabkan karena kata yang dahulu
dipergunakannya untuk menamakan sesuatu tidak memuaskan lagi baginya.
d.
Masa keempat (2,6-seterusnya)
Pada masa ini keinginan
anak untuk mengetahui segala sesuatu melalui bertambah-tambah. Karena itu
pertanyaannya pun mulai berkepanjangan, tidak cukup hanya dijawab dengan hanya
pendek-pendek saja. Setiap jawaban akan menimbulkan pertanyaan yang baru,
sengga apabila Ayah atau Ibunya sedang harus
mengkonsentrasikan kepada pekerjaanya sering memandang anaknya sebagai
tukang cerewet. Tentu saja ayah atau ibu tidak boleh berfikir yang demikian
demi perkembangan pikiran dan memperkaya pembendaharaan bahasa si anak . oleh
karena itu seyogianyalah bila pada masa ini anak sering dibawa bepergian dan
melayani dengan baik segala yang ditanyakannya. Dengan cara semacam ini anak
akan semakin cakap menggunakan bahasanya, makin banyak pengetahuannya, makin
maju berfikirnya, perasaannya dan sebagainya, sehinnga perkembngannya tidak
mengalami hambatan.
1.
Peran
Bimbingan Konseling Lintas Budaya dalam Perkembangan Bahasa Anak
M. Surya (Juntika 2006:107) berpendapat bahwa
bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang
melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi
kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (Juntika : 5-9)
ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar.
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar.
Layanan konseling lintas budaya tidak saja terjadi, pada mereka yang
berasal dari dua suku bangsa yang berbeda. Tetapi layanan konseling lintas
dapat pula muncul pada suatu suku bangsa yang sama. Sebagai contoh, konselor
yang berasal dari jawa Timur memberikan layanan konseling pada klien yang
berasal dari jawa tengah, mereka sama sama berasal dari suku atau etnis jawa.
Tetapi perlu kita ingat, ada perbedaan mendasar antara orang jawa Timur dengan
orang Jawa Tengah. Mungkin-orang Jawa Timur lebih terlihat "kasar",
sedangkan orang jawa Tengah lebih "halus".
Peran bimbingan dan konseling dalam tahap
perkembangan berbahasa anak, guru konselor harus mampu merangsang dan
memberikan dorongan serta reinforcement untuk mengadministrasi perkembangan berbahasa anak, sehingga
akan terjadi dinamika didalam proses belajar tersebut. Dalam hal ini guru
konselor dapat membantu kesulitan-kesulitan berbahasa anak dan membantu anak
mempersiapkan perkembangan bahasanya dengan memberikan stimulasi perkembangan
bahasanya.
Berikut adalah stimulasi perkembangan bahasa :
1) Untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun
menunjuk gambar dan mengatakan atau
tanyakan nama-nama benda yang ada di buku, (mulai dari benda-benda yang akrab
dengan anak) menggunakan suara yang lembut dan ‘bernada’, menggunakan suara
yang berbeda untuk karakter yang berbeda, menriterakan setiap gambar sebelum
lanjut ke halaman berikutnya, memrikan penghargaan setiap kali anak menunjuk atau
menyebut nama benda dengan benar.
Buku
yang tepat adalah buku dengan gambar yang besar dan
sederhana, warna yang paling baik adalah merah, hijau, biru dan hitam, membantu
untuk fokus (bayi) dan pengenalan bendabenda buku dengan puisi, nyanyian, atau
cerita pendek, buku yang bentuknya aman.
2) Untuk anak usia 2-4 tahun
Memberikan
kesempatan anak ‘mengeksplor’ buku sebelum dibacakan ceriteranya, menanyakan
‘mana…’, ‘apa yang dilakukan…’, Selalu tunjuk teks yang kita baca menggunakan
jari, pada ceritera yang sudah biasa dibacakan, jangan selesaikan ceritera,
untuk diselesaikan oleh anak mengajukan pertanyaan seperti: ‘kenapa dia
melakukan hal itu?”, “apa yang terjadi kemudian?”, mendiskusikan apa yang dia
sukai dan tidak dia sukai dari ceriteranya buku yang dibutuhkan buku yang
beragam konten maupun tatabahasanya, buku yang ceriteranya terdiri dari
kata-kata pendek, jadi anak mulai bisa belajar “membaca”, buku yang disukai
oleh anak.
Tips
(cara berbicara) dengan anak
a)
Adakan kontak mata. Berikan respons dan
perbedaan penekanan suara ketika bicara.
b)
Gunakan kata/kalimat pendek. "Ini Bunda.
Bunda sayang Adek."
c)
Perlihatkan antusias dan minat kita saat
berbicara dengannya.
d)
Ucapkan dengan bahasa yang jelas. Tidak
terburu-buru serta gerak bibir dan lidah yang tegas sehingga mudah diikuti si
kecil.
e)
Rangsanglah anak mengucapkan gabungan
huruf vokal dan konsonan seperti "ma", "pa", "bu"
dan sebagainya.
f)
Mengenalkan anak pada berbagai benda ataupun
hal yang dilihat atau dialaminya.
g)
Gunakan selalu gerakan tubuh saat
berbicara. Contoh, melambaikan tangan saat mengucapkan "Dadah Adek."
h)
Hindari baby talk, seperti, "Adek,
mau mimi cucu?" Tapi gunakan bahasa yang benar, misal, "Adek, mau
minum susu, ya?"
i)
Ulang kata yang diucapkannya sambil
menambahkan kata baru. Misalnya, ketika anak mengatakan "kucing
makan," orangtua memberi respons, "Iya, kucing makan ikan. Kucing
suka ikan."
j)
Ketika anak bertanya, orangtua bisa
mengembalikan pertanyaan padanya, "Dimana Bapak?" orangtua dapat
menanggapi, "Kira-kira di mana ya? Di kebun mungkin?" Hindari kata
atau kalimat yang bermakna ganda. Misal, "Awas, jangan ke sana!"
Makna "ke sana" bisa beragam, entah itu luar rumah, dapur, tempat
cucian dan sebagainya. Sebaiknya katakan, misalnya, "Jangan ke dekat
kompor menyala!"
k)
Katakan setiap kegiatan yang dilakukan
bersama anak, "Sekarang kita mandi yuk!"
l)
Hindari kata-kata kotor/kasar.
D.
Penutup
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkanya
usia anak. Orang tua sebaiknya
selalu memperhatikan
perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar.
Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya. Dimana layanan bimbingan dan konseling bagi anak adalah membantu proses perubahan dari kanak kanak sebagai makhluk individu yang menonjol keunikannya, menjadi makhluk sosial, dengan jalan optimasi perkembangan penyesuaian dalam perkembangan
bahasa yang memadai.
Daftar Pustaka
Soejanto,
Agus. 2005. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Rineka Cipta
Ibrahim, Syukur. 1984. Analisis Bahasa Untuk Pengajaran Bahasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Juntika, Achmad. 2006. bimbingan dan konseling dalam berbagai latar kehidupan. bandung :
Rafika Aditama.
Matsumoto, David. 2004. Pengentar Psikologi Lintas Budaya. Yokyakart:
Pustaka Belajar.
http://www.psychologymania.com/2011/09/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html
diakses tgl 22/04/2012
http://indahnyapsikologi.wordpress.com/2011/04/12/review-analisis-jurnal-psikologi-lintas-budaya-materi-budaya-dan-perkembangan/
diakses tgl 22-04-12
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2052189-studi-kepustakaan/ diakses tgl
19/04/2012